Family Care
Seiring meningkatnya kualitas hidup, angka harapan hidup manusia pun semakin tinggi. Di Indonesia, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 mencatat bahwa harapan hidup rata-rata penduduk mencapai 73,5 tahun. Meski umur panjang tentu merupakan anugerah, tetapi bertambahnya usia juga membuat risiko terkena penyakit kritis semakin besar.
Penyakit kritis tidak hanya mengancam nyawa, tetapi juga bisa menguras keuangan akibat biaya pengobatan yang tinggi. Bahkan, banyak orang yang terpaksa menjual aset atau berhutang demi mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.
Untuk itu, di artikel ini akan dibahas lengkap mengenai apa itu penyakit kritis, jenis-jenisnya, penyebab, dan langkah pencegahan yang bisa Anda lakukan.
Baca juga: Bingung Pilih Asuransi Penyakit Kritis atau Kesehatan? Cek 8 Perbedaan di Sini!
Menurut Science Direct, penyakit kritis adalah kondisi kesehatan serius yang dapat mengancam jiwa, memerlukan perawatan medis intensif, dan seringkali membutuhkan biaya besar. Contohnya termasuk penyakit mematikan seperti stroke, kanker, gagal jantung, penyakit kardiovaskular, gagal ginjal, hingga penyakit neurologis berat.
Ciri utama penyakit kritis adalah dampaknya yang signifikan terhadap kualitas hidup penderita. Banyak dari penyakit ini membutuhkan perawatan jangka panjang, operasi besar, atau terapi khusus yang biayanya sangat tinggi.
Kesehatan adalah aset berharga yang tidak ternilai. Tanpa kesehatan yang baik, aktivitas sehari-hari akan terganggu, dan cita-cita pun sulit tercapai. Sayangnya, penyakit kritis tidak hanya menyerang fisik, tetapi juga kondisi keuangan.
Di Indonesia, BPJS Kesehatan mencatat bahwa penyakit kritis menjadi beban biaya terbesar dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pada periode 2016 – 2020, klaim kesehatan untuk penyakit kritis mencapai Rp374,86 triliun, dengan 83,31% diantaranya digunakan untuk rujukan ke perawatan khusus.
Contoh nyatanya adalah biaya operasi bypass jantung di Indonesia yang bisa mencapai Rp100 juta – Rp300 juta, sedangkan pemasangan stent jantung berkisar Rp80 juta – Rp100 juta. Tanpa persiapan, angka ini tentu sangat memberatkan.
Baca juga: Waduh, Penyakit Ini Tidak Ditanggung BPJS! Cek Jenis Asuransi Lain!
Berikut adalah beberapa penyakit mematikan yang termasuk kategori penyakit kritis.
Dilansir dari Primaya Hospital, stroke adalah kondisi ketika aliran darah ke otak terganggu, baik karena penyumbatan (stroke iskemik) maupun pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Ada juga stroke ringan atau Transient Ischemic Attack (TIA) yang berlangsung singkat, namun tetap berisiko tinggi jika tidak ditangani.
Penyebab utama stroke antara lain:
Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Diabetes
Kolesterol tinggi
Gaya hidup tidak sehat
Gejala stroke biasanya meliputi:
Sakit kepala mendadak dan pusing hebat
Hilang keseimbangan
Mati rasa pada wajah, tangan, atau kaki di satu sisi tubuh
Gangguan berbicara atau pendengaran
Penglihatan kabur
Menurut Dr. Ario Perbowo Putra, Sp.PD dari Primaya Evasari Hospital Jakarta, kombinasi hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi adalah faktor risiko paling umum untuk stroke. Pencegahan bisa dilakukan dengan pemeriksaan rutin dan pengendalian faktor risiko sejak dini.
Kanker adalah salah satu penyakit mematikan yang bisa menyerang siapa saja, baik karena faktor genetik maupun gaya hidup. Penyakit ini terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh tak terkendali dan menyerang jaringan sehat.
Faktor risiko kanker antara lain:
Riwayat keluarga
Paparan zat karsinogen seperti asap rokok atau bahan kimia
Konsumsi alkohol berlebihan
Pola makan buruk dan kurang aktivitas fisik
Stres berkepanjangan
Di Indonesia, prevalensi kanker meningkat dari 1,4 per 1.000 penduduk pada 2013 menjadi 1,79 pada 2018. WHO (Globocan) mencatat ada 396.914 kasus kanker pada 2020 dan 234.511 di antaranya meninggal dunia.
Pencegahan kanker dapat dilakukan dengan pola makan sehat, olahraga teratur, pemeriksaan kesehatan berkala, dan menghindari faktor risiko seperti rokok dan alkohol.
Penyakit kardiovaskular mencakup berbagai kondisi yang menyerang jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan aritmia.
Data Riskesdas menunjukkan prevalensi penyakit jantung meningkat dari 0,5% di 2013 menjadi 1,5% pada 2018. Menurut BPJS Kesehatan, pada 2021 pembiayaan penyakit jantung mencapai Rp7,7 triliun, yang menjadikannya sebagai penyakit dengan beban biaya terbesar.
Faktor risiko yang bisa dikendalikan:
Merokok
Pola makan tinggi lemak jenuh
Kurang olahraga
Stres berlebihan
Obesitas
Menjaga kesehatan jantung bisa dimulai dengan olahraga teratur, makan makanan utuh (whole food), mengelola stres, dan menghindari rokok.
Jika satu organ gagal, maka organ lain juga bisa ikut terdampak sehingga penanganannya harus cepat dan tepat. Kegagalan organ dapat terjadi karena:
Kondisi kronis, seperti diabetes dan hipertensi
Infeksi berat, seperti sepsis, malaria, atau demam berdarah
Penyakit autoimun, seperti lupus
Faktor genetik, seperti penyakit ginjal polikistik (PKD)
Gaya hidup buruk, seperti konsumsi alkohol berlebihan atau penggunaan narkoba
Paparan lingkungan terhadap polutan atau bahan kimia berbahaya
Penyakit ini meliputi gangguan otak, sumsum tulang belakang, dan saraf. Contohnya termasuk Alzheimer, Parkinson, ALS, epilepsi, serta cedera otak traumatis.
Banyak penyakit neurologis juga terkait erat dengan kesehatan jantung. Misalnya, hipertensi meningkatkan risiko stroke yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.
Baca juga: Penyakit Tropis di Indonesia: Mengapa Anda Harus Waspada?
Meskipun beberapa faktor risiko seperti usia dan genetik tidak dapat dihindari, Anda tetap bisa mengurangi kemungkinan terkena penyakit mematikan dengan langkah-langkah berikut:
Pola makan sehat. Konsumsi lebih banyak buah, sayur, biji-bijian, dan protein sehat. Batasi gula, garam, dan lemak jenuh.
Olahraga teratur. Lakukan aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu untuk menjaga kesehatan jantung dan metabolisme.
Hindari rokok dan alkohol berlebihan. Dua hal ini adalah penyebab utama berbagai penyakit kritis, termasuk kanker dan penyakit jantung.
Kelola stres. Stres kronis dapat memicu tekanan darah tinggi dan menurunkan daya tahan tubuh.
Pemeriksaan kesehatan rutin. Deteksi dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan dan menurunkan biaya pengobatan.
Memiliki asuransi penyakit kritis dapat membantu menanggung biaya pengobatan yang mahal. Ini karena penyakit kritis seperti stroke, kanker, penyakit jantung, kegagalan organ, dan penyakit neurologis merupakan ancaman serius bagi kesehatan dan keuangan Anda.
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Dengan menjaga kesehatan sejak sekarang dan menyiapkan perlindungan finansial, Anda dapat menikmati usia panjang dengan kualitas hidup yang baik. Ingat, kesehatan adalah investasi terbaik yang bisa Anda lakukan untuk masa depan.
Salah satu asuransi terbaik yang bisa dipilih adalah Health Protection dari Chubb Life Indonesia, yang perlindungan yang terbaik untuk kesehatan Anda mulai dari bayi hingga lanjut usia.
Keunggulan asuransi ini adalah tidak perlu melakukan pemeriksaan kesehatan saat pendaftaran, hanya menjalani masa tunggu selama 30 hari untuk segala jenis Penyakit dari Tanggal berlaku Polis, 60 hari untuk segala jenis Penyakit dari Tanggal Pemulihan Polis, dan 365 hari untuk 17 Penyakit Khusus.
Untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan kebutuhan, Daftar Sekarang agar agen berlisensi, profesional, dan berpengalaman kami bisa membantu Anda!