Lompat ke konten utama
Kesehatan Finansial

Agar Keluarga Tetap Sejahtera, Perhatikan 6 Hal Ini Sebelum Menambah Anak

03/2023
adult feeding baby food

Dimas dan Sandra adalah pasangan suami-istri keluarga muda. Dalam usia pernikahan mereka yang baru menginjak lima tahun, mereka sudah dikaruniai dua balita. Terbersit dalam pikiran Dimas dan Sandra untuk menambah satu momongan lagi untuk melengkapi kehangatan keluarga kecil mereka. Namun, Dimas sedikit ragu. Pasalnya, ia akan memasuki usia pensiun 15 tahun lagi.

Jika ia punya anak lagi, artinya anak ketiga masih duduk di bangku sekolah dan masih membutuhkan biaya pendidikan saat Dimas sudah tak lagi berpenghasilan. Sementara itu, Sandra khawatir karena tahun ini ia akan menginjak usia 35 tahun. Jika ia ingin punya anak dan melahirkan tahun depan, maka kehamilan tersebut tergolong berisiko tinggi.

Apakah Anda juga sedang menimbang-nimbang untuk menambah momongan seperti Dimas dan Sandra? Jika ya, maka ada baiknya Anda pertimbangan beberapa hal berikut agar bisa mengambil keputusan yang matang dan memiliki keluarga berencana yang sejahtera.

 

1. Tambah anak berarti tanggung jawab finansial bertambah

Pertambahan anggota keluarga akan berdampak pula pada pertambahan kebutuhan finansial. Sehingga, Anda harus siap jika kebutuhan biaya bulanan akan bertambah. Jika selama ini dengan kehadiran dua anak maka pengeluaran keluarga mencapai Rp7 juta per bulan, maka dengan kehadiran anak ketiga, mungkin kebutuhan bertambah menjadi Rp10 juta per bulan. Agar bisa memenuhi kebutuhan yang meningkat ini, Anda bisa melakukan penghematan di pos lain atau menambah penghasilan.

Jangan lupa pula untuk mencukupi kebutuhan anak lainnya seperti sandang dan papan. Pertimbangkan untuk memikirkan tempat tinggal yang layak sesuai dengan jumlah anggota keluarga. Bisa jadi, saat ini Anda tinggal di rumah tiga kamar. Dengan bertambahnya anak, mungkin Anda bisa memikirkan untuk mencari rumah dengan empat kamar. Hal yang sama ketika Anda memiliki mobil 5 seater, mungkin Anda juga bisa mempertimbangkan untuk menukarnya dengan mobil 7 seater.

 

2. Pertimbangkan usia pensiun pencari nafkah

Menurut Budi Raharjo, perencana keuangan dan direktur OneShildt Financial Planning, hal pertama yang perlu dipertimbangkan orangtua sebelum memutuskan untuk menambah anak ialah dengan memperhatikan usia anak saat orangtua memasuki usia pensiun. Idealnya, jangan orangtua sudah pensiun saat anak masih duduk di bangku sekolah atau kuliah. Karena, jika orangtua tidak memiliki persiapan keuangan yang matang, maka anak berisiko gagal memperoleh pendidikan yang baik.

“Ketika membangun keluarga, idealnya kita membangun keluarga yang berkualitas. Sehingga, sebaiknya anak bisa mendapatkan pendidikan yang baik, sehat, dan perhatian yang cukup,” ujar Budi, Juni 2019. Maka, jika memang ada anggota keluarga yang masih ditanggung ketika orangtua sudah pensiun, sebaiknya orangtua mempersiapkan dana pensiun yang cukup untuk menyokong anak hingga ia mandiri. Dalam hal ini, orangtua perlu mempersiapkan dana pensiun sesegera mungkin agar dana bisa berkembang optimal.

 

3. Perhatikan usia dan jarak melahirkan yang ideal

Dari segi kesehatan dan psikologis, seorang ibu dianjurkan untuk melahirkan di usia 20 tahun hingga 35 tahun. Alodokter (Februari 2018) menyebutkan, melahirkan di usia lebih dari 35 tahun berpotensi berisiko tinggi seperti diabetes gestasional dan preeklampsia. Kemudian, perlu pula memperhatikan jarak melahirkan yang ideal. Pemerintah sendiri memandang jarak kelahiran yang ideal ialah berkisar empat sampai lima tahun. Dengan jarak tersebut, anak pertama diharapkan memperoleh perhatian yang cukup.

Jarak tersebut juga memungkinkan fisik dan gizi sang ibu kembali normal pasca melahirkan. Selain itu, jarak kehamilan empat sampai lima tahun juga bisa memberikan kesempatan untuk sang ibu untuk menyusui anak hingga anak berusia 2 tahun dan memperhatikan asupan gizi yang cukup melalui makanan pendamping air susu ibu (MPASI).

 

4. Kebutuhan kesehatan anak harus terpenuhi

Ketika orangtua berpikir untuk menambah momongan, maka hal selanjutnya yang perlu dipertimbangkan ialah memenuhi kebutuhan kesehatan anak. Hal ini mencakup biaya pengobatan dan upaya pencegahan seperti biaya imunisasi. Jika anak bertambah, maka Anda bisa memenuhi kebutuhan biaya pengobatan si kecil dengan upgrade atau menambah cakupan manfaat asuransi kesehatan yang Anda miliki. Konsultasikan dengan agen asuransi kesehatan Anda mengenai premi yang harus Anda bayar jika menambah cakupan manfaat.

Selanjutnya, Anda bisa mengikutkan anak pada BPJS Kesehatan. Mengingat program ini diwajibkan oleh pemerintah, maka jika Anda bekerja sebagai karyawan kantoran, perusahaan tempat Anda bekerja pasti menyediakan BPJS Kesehatan bagi karyawan dan keluarga.

 

5. Menambah anak berarti menambah porsi asuransi jiwa

Seiring dengan bertambahnya anggota keluarga, maka nilai ekonomis Anda sebagai pencari nafkah juga semakin meningkat. Karena itu, Anda perlu mengevaluasi ulang apakah uang pertanggungan (UP) yang terkandung dalam asuransi jiwa Anda sekarang bisa mencukupi kebutuhan keluarga jika menambah momongan. Jika angka ini belum cukup, maka Anda perlu upgrade asuransi jiwa tersebut agar UP meningkat. Anda bisa konsultasikan dengan agen asuransi jiwa mengenai premi yang harus dibayar jika ingin meningkatkan UP.

Misalnya, saat ini Anda memiliki tanggungan tiga orang, yakni pasangan dan dua anak. Dengan kondisi tersebut, Anda memilih asuransi jiwa dengan UP Rp1,5 miliar dengan premi Rp1,3 juta per bulan. Jika Anda berencana menambah momongan, Anda bisa meningkatkan UP ini menjadi Rp1,7 miliar dengan premi Rp1,5 juta per bulan.

Selain upgrade asuransi jiwa yang sudah ada, cara lain yang bisa Anda tempuh untuk memberikan perlindungan bagi anggota keluarga baru ialah dengan mengambil asuransi jiwa baru dengan UP yang cukup memenuhi kebutuhan tambahan anak tersebut. Misalnya, Anda bisa mengambil asuransi jiwa yang menyediakan UP Rp300 juta-Rp500 juta.

 

6. Perlu mempersiapkan dana pendidikan sejak anak lahir

Menurut Budi, di luar biaya kesehatan, sandang, dan papan, biaya pendidikan merupakan komponen paling besar dalam membesarkan anak hingga ia mandiri. Menurut beberapa riset, biaya membesarkan anak sejak lahir hingga ia mandiri di Indonesia bisa menelan angka hingga Rp3,3 miliar. Meski angka ini terdengar fantastis, namun bukan berarti tidak bisa diatasi. Karena menurut Budi, sebetulnya angka ini sebagian besar berasal dari biaya pendidikan jika anak sekolah di sekolah swasta yang umumnya menerapkan inflasi sebesar 7%-10% per tahun.

Jadi, angka ini variatif, tergantung Anda hendak memilih sekolah negeri atau swasta, swasta nasional atau internasional, jenjang sekolah SMA atau SMK, dan sebagainya. “Karena itu, seseorang bisa menyesuaikan sekolah anak dengan kemampuan finansial dan mulai mempersiapkan dana pendidikan sejak anak lahir,” jelas Budi. Dengan menyiapkan dana pendidikan sejak anak lahir, maka uang yang harus disisihkan oleh orangtua terasa lebih ringan dan kecil kemungkinan orangtua gagal memenuhi kebutuhan dana pendidikan tersebut.

 

Agar lebih realistis dan bisa tercapai, ada beberapa strategi menyiapkan dana pendidikan yang bisa Anda tempuh:

 

  • Membagi biaya pendidikan anak menurut jenjang pendidikan

 

Misalnya, dari anak berusia bayi hingga 3 tahun, Anda bisa mempersiapkan biaya pendidikan pre-school hingga TK Besar. Ketika anak sudah masuk pre-school usia 3,5 tahun, Anda bisa mempersiapkan biaya Pendidikan SD. Begitu pula ketika anak menginjak usia 7 tahun atau ketika ia masuk SD, Anda bisa mulai menyiapkan dana pendidikan SMP hingga perguruan tinggi.

 

  • Tempatkan dana pendidikan di produk yang tepat

 

Ketika menyiapkan dana pendidikan, orangtua perlu menempatkannya pada produk yang bisa berkembang mengalahkan inflasi pendidikan atau berkembang sesuai target yang ingin dicapai. Anda bisa memilih produk-produk keuangan yang sesuai dengan profil risiko. Misalnya, jika Anda seorang yang konservatif dan mengutamakan kepastian, mungkin Anda bisa memilih produk tabungan dana pendidikan dan asuransi jiwa yang menawarkan nilai tunai.

Sementara kalau Anda cenderung moderat, Anda bisa menempatkan pada produk reksa dana. Jika Anda seorang yang agresif dan memiliki literasi keuangan yang baik, Anda bisa menempatkan dana pada produk investasi seperti saham yang menawarkan imbal hasil minimal 15% per tahun.

 

  • Jangan menunda

 

Kebanyakan masalah orangtua yang gagal menyiapkan dana Pendidikan anak ialah karena mereka menunda mempersiapkannya. Karena itu, segera siapkan dana pendidikan anak sejak ia lahir.

Dengan pertimbangan di atas, semoga Anda semakin mantap dalam mengambil keputusan mengenai jumlah anak yang ingin dimiliki. Mari, bangun keluarga yang sejahtera dengan perencanaan keuangan yang matang.