Lompat ke konten utama
Kesehatan Finansial

Mengelola Pengeluaran pada Masa Resesi Agar Tak Buntung

03/2023
customer shopping groceries

Agar bisa bertahan pada masa resesi, Anda harus cerdas mengelola pengeluaran. 

Padahal, beberapa pos pengeluaran bisa saja naik akibat Anda bekerja dari rumah. Contohnya, tagihan listrik karena penggunaan AC selama di rumah, pengeluaran untuk beli gas karena masak di rumah, paket data internet untuk kerja dari rumah dan lain-lain.

Mengurangi pengeluaran bisa jadi satu cara yang terpikirkan untuk menghadapi resesi. Tapi di sisi lain, belanja masyarakat diharapkan mendorong konsumsi secara nasional sehingga ekonomi tumbuh dan Indonesia keluar dari resesi. Sebab, ekonomi Indonesia saat ini masih ditopang konsumsi. Lantas bagaimana seharusnya mengelola pengeluaran saat resesi?

 

1. Menerapkan Smart Spending

Dalam artikel bertajuk Financial Survival Saat Krisis, perencana keuangan dari OneShildt Financial Planning Erlina Juwita menulis cara terbaik melakukan smart spending adalah dengan membeli kebutuhan prioritas sesuai dengan pola alokasi pengeluaran keuangan Anda. Anda dapat melakukan prioritas pembelian pada barang kebutuhan pokok atau barang yang punya manfaat lebih lama.

Untuk itu sebaiknya Anda membedakan pengeluaran yang memang kebutuhan, dan yang hanya keinginan. Dengan pembedaan tersebut, Anda bisa mengontrol pengeluaran karena tahu barang-barang yang termasuk emotional buying atau dibeli karena faktor impulsif belanja. Anda sebaiknya mengurangi belanja barang yang termasuk emotional buying.

Menurut Erlina, smart spending juga punya pengaruh yang kuat daripada sekedar berhemat. Sebab, smart spending menimbulkan efek ganda ke orang lain. Saat Anda mengeluarkan uang untuk kebutuhan smart spending, uang tersebut menjadi pendapatan orang lain. Orang lain itu lantas akan membelanjakan uangnya lagi untuk berbagai macam kebutuhan yang dia harus penuhi.

 

2. Sisihkan Pengeluaran untuk Dana Darurat

Dana Darurat idealnya sebesar 3-6 kali pengeluaran bulanan jika Anda lajang. Contohnya, jika Anda lajang dan pengeluaran per bulan Rp. 5 juta, dana darurat yang sebaiknya disiapkan sebesar Rp 15 juta sampai Rp 30 juta.

Lantas bagaimana jika Anda sudah berkeluarga ataupun sudah punya anak? Jika Anda sudah memiliki suami atau istri, dana darurat yang sebaiknya dimiliki sebesar sembilan kali lipat dari pengeluaran bulanan. Misalnya, pengeluaran total Anda dan pasangan Anda Rp 10 juta, maka dana darurat ideal sebesar Rp 90 juta. Sedangkan jika Anda dan pasangan sudah memiliki anak, besaran dana darurat yang sebaiknya disiapkan sebesar 12 kali lipat dari pengeluaran bulanan.

 

3. Minta Keringanan Cicilan Rumah

Salah satu pos pengeluaran yang biasanya menelan porsi cukup besar dalam pengeluaran Anda bisa jadi kredit pemilikan rumah atau aparteman ataupun kendaraan bermotor. Persentasenya bisa sampai 40 persen dari pengeluaran bulanan. Kebetulan, pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan memberikan program restrukturisasi kredit selama masa pandemi. Restrukturisasi KPR, misalnya bisa mengurangi nilai cicilan nasabah agar tidak menjadi beban pengeluaran.

Salah satu bentuk restrukturisasi kredit adalah penurunan suku bunga. Dengan penurunan suku bunga, cicilan yang dibayarkan pun bakal lebih rendah. Kabar baiknya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan bakal memperpanjang masa berlaku ketentuan restrukturisasi kredit yang semula habis berlaku pada Februari 2021.

 

4. Manfaatkan Bantuan Kuota Data Belajar untuk Pangkas Pengeluaran Internet

Bantuan kuota data internet gratis yang disalurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini sangat berguna bagi putra-putri Anda yang tengah belajar. Dengan memanfaatkan bantuan ini, Anda bisa mengurangi pos pengeluaran untuk paket data internet yang biasa digunakan untuk kerja dari rumah. Bantuan ini diberikan hingga Desember mendatang.

Jumlahnya berbeda-beda setiap jenjang pendidikan. Peserta didik PAUD menerima paket data gratis 20 GB per bulan yaitu 5 GB untuk kuota umum dan 15 GB kuota belajar. Sedangkan jika putra-putri Anda duduk di bangku SD, SMP, atau SMA, akan mendapat kuota 35 GB per bulan. Harga paket kuota 35 GB di beberapa provider berada di rentang Rp 90 ribu-150 ribu. Jika dihitung dari Oktober sampai Desember, Anda bisa berhemat sekitar Rp 450 ribu.

 

5. Manfaatkan Harbolnas

Hari belanja online nasional atau harbolnas biasanya digelar 12 Desember. Salah satu yang menarik dari harbolnas tentunya promo berupa diskon. Pada 10 Oktober lalu, misalnya sejumlah e-commerce menawarkan berbagai promo dari diskon hingga cashback. Anda bisa membeli berbagai kebutuhan prime untuk pasokan bulanan.

Manfaat harbolnas lainnya adalah barang yang Anda beli bisa diantar langsung ke rumah. Ini tentu berguna di tengah pandemi Covid-19 yang belum reda dan protokol kesehatan yang harus dipenuhi ketika belanja offline.

Anda juga bisa mengikuti tips dari penulis buku Living Rich by Spending Smart, Greg Karp. Menurut dia, jika ada diskon untuk barang-barang yang Anda beli lebih dari dua kali setahun seperti sikat gigi, lebih baik dibeli sebanyak mungkin. Tentunya jumlahnya disesuaikan dengan anggaran Anda. Beli barang itu dalam jumlah yang banyak dan jadikan stok. Sebab, di masa mendatang, belum tentu barang itu dijual dengan potongan harga. Padahal, dalam setahun, Anda akan membeli barang itu berulang-ulang. Dengan membeli barang-barang diskon dalam jumlah besar, Anda menghemat waktu dan uang.

 

6. Sisihkan Pengeluaran untuk Asuransi

Pada masa resesi yang terjadi di saat pandemi Covid-19, asuransi kesehatan sangat penting. Apalagi Anda tidak akan pernah tahu apa yang bisa terjadi pada Anda di masa mendatang selama vaksin Covid-19 belum ditemukan. Asuransi kesehatan dapat melindungi Anda dari berbagai kemungkinan terburuk pada masa pandemi.

Sebelum membeli asuransi kesehatan, Anda sebaiknya mencari tahu asuransi yang sesuai kebutuhan dan budget Anda dengan membandingkan berbagai produk asuransi. Sebab, polis asuransi yang dikeluarkan tiap perusahaan asuransi berbeda.

Bagaimana, sudah siap menghadapi resesi dengan mengelola pengeluaran Anda?