Anda pasti sudah tahu, bahwa jumlah sampah plastik di Indonesia begitu mencemaskan. Tak cuma mengotori daratan, sampah plastik ini juga mencemari laut. Data Badan Pusat Statistik (BPS) seperti dikutip Kompas (Agustus 2018) menyebutkan, sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3,2 juta ton dibuang ke laut.
Masalah sampah plastik ini pun tambah mengkhawatirkan karena plastik termasuk bahan yang sulit terurai. Tirto (Oktober 2019) mencatat bahwa barang-barang plastik memerlukan waktu 1.000 tahun untuk terurai di dalam tanah. Sementara kantong plastik membutuhkan waktu 10 tahun sampai 1.000 tahun untuk terurai. Lain halnya lagi dengan botol plastik yang memerlukan waktu sekitar 450 tahun agar terurai di alam. Sehingga, ketika plastik tidak terurai, maka plastik akan mengancam ekosistem baik yang ada di darat maupun di laut.
Keberadaan sampah plastik menimbulkan beberapa dampak serius. Pertama, plastik membahayakan ekosistem di laut. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan, tentu saja kondisi sampah plastik yang begitu banyak ini menjadi ancaman serius bagi Indonesia yang merupakan tempat bagi sebagian besar spesies karang, hutan bakau, ikan, dan makhluk hidup lain yang hidup di laut.
Sampah plastik yang masuk ke laut dapat berbentuk lembaran besar hingga partikel kecil berupa mikro plastik dan nanoplastik. Plastik berukuran mikro dan nano ini sangat rentan tertelan oleh hewan-hewan di laut, yang berpotensi merobek usus dan pencernaan hewan-hewan tersebut. Ini yang akan menyebabkan hewan perlahan-lahan mati. Maka, tak heran bila Anda pernah mendengar ada ikan paus di perairan Wakatobi yang mati dan ditemukan sampah plastik seberat 5,9 kilogram di dalam perutnya. Sampah plastik juga kerap tertelan oleh penyu dan ikan lainnya di laut.
Kedua, jika sampah plastik yang terkandung dalam ikan ini kemudian tertelan manusia, tentu ini turut mengancam kesehatan manusia. Ketiga, keberadaan sampah plastik juga menyebabkan polusi di darat. Mongabay pada Februari 2019 menyebutkan, dari total sampah plastik yang ada, hanya 2% yang didaur ulang. Sementara sebanyak 32% masuk ke dalam ekosistem darat dan laut. Sementara sisanya diolah secara bervariasi untuk memenuhi kebutuhan manusia kembali.
Keempat, sampah plastik juga berpotensi mengancam dunia pariwisata karena mengotori pantai, laut, serta tempat-tempat wisata di darat. Padahal, sektor pariwisata termasuk salah satu motor penggerak perekonomian masyarakat.
Tidak menggunakan plastik sama sekali memang rasanya tidak mungkin. Sebab, plastik memiliki banyak kegunaan, misalnya sebagai kantong belanja, wadah makanan, wadah minuman, dan lain sebagainya. Namun, menyadari bahwa sampah plastik mengancam keberadaan ekosistem, maka beberapa pemerintah daerah sudah melarang penggunaan plastik. Bali misalnya, sejak Desember 2018 melarang penggunaan kantong plastik. Beberapa daerah di Jabodetabek juga sudah melarang penggunaan kantong plastik di supermarket dan foodcourt.
Anda juga dapat berpartisipasi mengurangi sampah dengan cara bijak menggunakan plastik. Ada beberapa cara yang bisa Anda coba.
Bijak menggunakan plastik untuk bisnis Anda
Sampah plastik memang mengancam ekosistem kehidupan. Anda bisa mencegah ancaman sampah plastik ini dengan cara bijak menggunakan sampah.