Lompat ke konten utama
Kesehatan Finansial

Agar Tak Keliru, Kenali Kesalahan Yang Harus Dihindari Saat Berasuransi

03/2023
mother lifting baby

Memiliki asuransi merupakan cara yang paling logis dalam mengantisipasi kerugian atau dampak finansial yang bisa timbul jika terjadi risiko di masa mendatang. Jika Anda memiliki produk asuransi yang tepat, maka asuransi dapat menolong Anda dalam mengelola keuangan. Contoh yang sederhana, asuransi kesehatan membantu Anda meminimalisir biaya yang perlu Anda keluarkan ketika dirawat di rumah sakit. Contoh lain lagi misalnya asuransi jiwa yang membantu keluarga melanjutkan hidup meskipun pencari nafkah sudah wafat. Begitu pula dengan asuransi mobil yang menghindarkan Anda dari biaya perbaikan mobil yang besar jika terjadi kecelakaan.

Meski asuransi dapat membantu mengelola risiko dan keuangan, namun jika seseorang salah beli produk, maka ia kurang dapat mengoptimalkan asuransi. Mohamad Andoko, perencana keuangan dan pendiri OneShildt Financial Planning mengatakan, kesalahan dalam berasuransi ini disebabkan oleh rendahnya literasi keuangan masyarakat. “Kebanyakan orang beli asuransi karena terpaksa, bukan karena kebutuhan. Itu sebabnya penetrasi asuransi di Indonesia belum meningkat dari kisaran 3%-5%,” ujar Andoko, Januari 2020. Maka, agar Anda tidak keliru dan bisa menikmati manfaat punya asuransi secara optimal, Anda perlu menghindari kesalahan dalam berasuransi. Apa saja?

 

1. Menjadikan asuransi alat investasi yang utama

Fungsi utama asuransi ialah memberikan proteksi. Namun, ada sebagian orang yang membeli asuransi dengan tujuan utama berinvestasi. Itu sebabnya, ketika nilai investasinya anjlok, ia buru-buru menutup asuransi. Menutup asuransi ini perlu dihindari karena kondisi ini bisa menyebabkan seseorang uninsured atau tidak terproteksi. Maka, jika Anda bertujuan mencari produk investasi, sebaiknya taruhlah dana pada produk investasi seperti saham, reksa dana, obligasi, dan sebagainya.

Tentu Anda boleh-boleh saja membeli asuransi dengan investasi. Namun, tujuan utama Anda dalam membeli asuransi tetaplah untuk memperoleh proteksi. Jadi, tetapkanlah porsi premi untuk membayar asuransi lebih banyak daripada investasi, untuk memperoleh proteksi yang optimal. Lalu, saat investasi jatuh, jangan buru-buru menutup polis. Anggap saja nilai investasi pada polis asuransi Anda merupakan bonus dan bukan tujuan utama.

Baca juga: Benarkah Mikroplastik Telah Lama Masuk Tubuh Manusia?

 

2. Berbohong tentang kondisi kesehatan

“Berbohong terhadap kondisi kesehatan ketika mengajukan permohonan asuransi juga perlu dihindari. Sebab, ketidakjujuran dalam mengungkapkan kondisi kesehatan bisa mengakibatkan klaim asuransi kesehatan atau uang pertanggungan (UP) asuransi jiwa tidak dibayar di masa mendatang,” papar Andoko. Sebab, ketika nasabah mengajukan klaim atau ahli waris mengajukan pencairan UP, maka perusahaan asuransi akan melakukan investigasi dengan cara mengecek medical record.

Untuk menghindari kesalahan ini, sebaiknya Anda mengungkapkan kondisi kesehatan yang sebenar-benarnya. Andoko tak menutupi, kadang ketidakjujuran soal kondisi kesehatan ini juga disebabkan oleh agen yang memberikan nasihat yang salah kepada calon nasabah. Ini karena agen ingin polis asuransi disetujui dan ia segera mendapat komisi. Padahal, agen asuransi yang baik akan mengajukan nasabah mengisi formulir dengan jujur.

Kemudian, kemudahan membeli asuransi online juga mendorong calon nasabah untuk mengabaikan faktor menjunjung tinggi prinsip utmost good faith atau itikad baik ini. Maklum, asuransi online biasanya menawarkan kelebihan berupa tanpa cek medis. Meskipun tanpa cek medis, calon nasabah tetap wajib mengisi formulir dengan sebenar-benarnya. “Nanti tinggal underwriter dari perusahaan asuransi yang menentukan apakah permohonan polisnya disetujui atau tidak, atau perlu medical check up atau tidak,” terang Andoko.

 

3. Tidak memberitahukan pasangan tentang detil polis asuransi

Kesalahan selanjutnya yang perlu dihindari ialah, tidak memberitahukan pada pasangan tentang detil asuransi yang dimiliki. Detil ini menyangkut nomor polis, manfaat atau UP, serta kontak asuransi yang bisa dihubungi untuk melakukan klaim. Sehingga pada saat nasabah jatuh sakit dan wafat, maka pasangan kesulitan menemukan polis atau kartu asuransi untuk melakukan klaim. Itu sebabnya, ada baiknya pasangan suami-istri memiliki dokumen khusus yang memuat detil asuransi yang dimiliki, nomor polis, nilai UP dan manfaat, serta kontak yang bisa dihubungi.

 

4. Meletakkan polis asuransi jiwa di tempat yang kurang tepat

Meletakkan polis asuransi jiwa di tempat yang lembab juga kurang tepat. Karena menurut Andoko, ini akan membuat polis rusak. Meletakkan polis di sembarang tempat juga tidak disarankan karena ini bisa membuat ahli waris sulit menemukan polis. Andoko juga menyarankan agar polis asuransi jiwa tidak ditempatkan di safe deposit bank. “Karena jika polis asuransi jiwa ditaruh di safe deposit bank, penerima manfaat tidak bisa mengambilnya dengan mudah. “Bank akan minta penerima manfaat untuk menunjukkan akta kematian dan surat keterangan waris. Kondisi jadi lebih rumit jika ada keributan di antara ahli waris,” terang Andoko.

 

5. Lalai membayar premi

Lupa, terlambat, atau gagal membayar premi harus dihindari. Sebab, jika tertanggung tidak membayar premi hingga masa tenggang atau grace period habis, maka ini akan menyebabkan polis asuransi lapse atau mati. Dengan demikian, nasabah menjadi uninsured atau tidak terlindungi asuransi.

Jika polis asuransi memiliki nilai tunai, seperti misalnya pada asuransi dan investasi (unit link), maka ketika nasabah tidak membayar premi secara tunai, ia bisa membayar premi tersebut dengan nilai tunai. Namun, jika polis asuransi tidak terdapat nilai tunai, maka ketika nasabah gagal bayar, polis asuransinya akan masuk grace period. Grace period asuransi ini berbeda-beda. Pada asuransi jiwa murni, grace period relatif singkat, yakni 15 hari. Sementara pada asuransi dengan investasi atau unit link, grace period yang ditawarkan lebih panjang, mulai dari 30 hari hingga 60 hari. Adapun asuransi umum menyediakan grace period 45 hari. Pastikan Anda membayar premi tepat waktu.

Baca juga: Telat Bayar Premi Asuransi? Perhatikan Risiko Ini

 

6. Tidak mencari asuransi sesuai kebutuhan

Kesalahan berikutnya ialah tidak mencari asuransi sesuai kebutuhan. Hal ini kerap menimbulkan insurance gap atau kesenjangan asuransi antara kebutuhan dengan manfaat yang diperoleh. Contoh, seorang kepala keluarga yang memiliki pasangan dan dua anak memiliki asuransi kesehatan untuk seluruh keluarga, tetapi tidak punya asuransi penyakit kritis. Padahal, sebetulnya dia juga mendapatkan tunjangan kesehatan dari kantor. Sehingga, ia bisa mengurangi premi untuk asuransi kesehatan swasta, dan mengalihkannya untuk membeli asuransi penyakit kritis.

Untuk menghindari hal ini, sebaiknya cek dulu perlindungan apakah yang Anda miliki dari kantor. Umumnya, kantor menyediakan beberapa tunjangan misalnya tunjangan kesehatan, BPJS Kesehatan, asuransi jiwa dan BPJS Ketenagakerjaan. Setelah mengecek perlindungan yang Anda miliki, barulah mencari asuransi yang sesuai dengan kebutuhan proteksi Anda.

 

7. Tidak membaca atau memahami produk yang dibeli

Ketidakpahaman ini membuat seseorang kecewa ketika pengajuan klaimnya ditolak atau manfaat yang ia inginkan ternyata tidak cukup atau tidak termasuk dalam hal yang dilindungi. Itu sebabnya, baca baik-baik polis sebelum Anda membelinya. Biasanya, perusahaan asuransi memberikan free look period, yakni masa bebas melihat polis, selama dua minggu. Dalam dua minggu tersebut, calon nasabah boleh membatalkan polis dan uang premi yang telah ia setor akan dikembalikan.

Baca juga: Mengapa Klaim Asuransi Bisa Sampai Ditolak? Kenali Alasannya

 

8. Membeli asuransi karena tidak enak

Kesalahan ini juga sering terjadi di masyarakat. Karena, umumnya orang yang menawari produk asuransi adalah saudara atau teman dekat. Padahal, belum tentu seseorang membutuhkan asuransi yang ditawarkan tersebut. Solusinya, tetaplah membeli asuransi yang sesuai dengan kebutuhan. Konsultasikan kepada agen asuransi mengenai produk yang Anda butuhkan. Jika agen tersebut tidak bisa menawarkan produk yang menjawab kebutuhan, tidak ada salahnya menolak tawaran agen tersebut. Ingat, premi yang akan Anda bayarkan untuk asuransi akan jauh lebih berguna jika Anda memilih produk yang tepat.

 

9. Membeli banyak produk asuransi, tetapi manfaatnya tidak optimal

Andoko mengatakan, kesalahan ini paling sering ditemukan di masyarakat. Membeli asuransi tidak sesuai kebutuhan membuat seseorang punya banyak polis asuransi, dengan manfaat yang tidak optimal. “Saya punya klien memiliki 11 polis, total premi Rp20 juta per bulan, namun uang pertanggungan (UP) yang ia miliki hanya Rp1 miliar,” papar Andoko. Padahal, sebetulnya kita bisa memperoleh manfaat hingga Rp3 miliar dari satu polis. Memiliki banyak polis juga membuat seseorang lebih boros, karena harus membayar biaya administrasi dan lain-lain.

 

10. Tidak mengevaluasi asuransi secara berkala

Seperti produk finansial lainnya, premi dan manfaat asuransi bisa Anda sesuaikan dengan jenjang hidup Anda. Contohnya, saat baru pertama kali kerja, mungkin Anda cukup dengan asuransi kesehatan yang menawarkan manfaat rawat inap sebesar Rp400.000 per hari. Namun, saat sudah lima tahun kerja dan Anda sudah lebih mapan secara finansial, Anda membutuhkan manfaat asuransi kesehatan sebesar Rp1 juta per hari. Agar polis asuransi Anda dapat menjawab kebutuhan di setiap jenjang hidup, maka Anda perlu mengevaluasinya secara berkala, misalnya setahun sekali.

Melindungi diri dengan asuransi adalah pilihan yang tepat untuk meminimalisir risiko. Selamat menimbang!

 

 

related product